Senin, 04 April 2011

APA MAKNA WANITA DICIPTAKAN DARI TULANG RUSUK YANG PALING BENGKOK?



Dari hadits Abu Hurairah RA, dari Rasulullah SAW, bersabda:
“Berbuat baiklah kepada wanita, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Maka sikapilah para wanita dengan baik.”
(HR. Bukhari, Kitab An-Nikah No 5186)

Ini adalah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim di masing-masing Kitab Shahih mereka. Perintah dari Allah untuk para suami, para ayah, saudara-saudara laki-laki dan lainnya agar menghendaki kebaikan untuk kaum wanita, berbuat baik terhadap mereka, tidak mendzhalimi mereka dan senantiasa memberikan hak-hak mereka serta mengarahkan mereka kepada kebaikan. Ini yang diwajibkan atas semua orang berdasarkan sabda Rasulullah SAW, “Berbuat baiklah kepada wanita”.

Hal ini jangan sampai terhalangi oleh perilaku mereka (kaum wanita) yang adakalanya bersikap kurang baik terhadap suaminya dan kerabatnya, baik berupa perbuatan maupun perkataannya, karena kaum wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang paling bengkok. Dan sebagaimana Rasulullah SAW katakan bahwasanya tulang rusuk yang paling bengkok itu adalah yang paling atas. Dan yang telah diketahui tulang rusuk paling atas itu adalah yang setelah pangkal rusuk. Makna sebenarnya yang terkandung di sini adalah dalam kenyataannya ada kebengkokan dan kekurangan. Oleh karena itu, disebutkan dalam hadits lain dalam As-Shahihain, “Aku tidak melihat orang-orang yang kurang akal dan kurang agama, yang lebih bisa menghilangkan akal laki-laki yang teguh daripada salah seorang di antara kalian (kaum wanita)”. (HR. Bukhari No 304 dan Muslim No, 80) . Hadits Rasulullah SAW yang disebutkan dalam As-Shahihain dari hadits Abu Said Al-Khudri RA, makna “Kurang akal” dalam sabda Rasulullah SAW tersebut adalah bahwa persaksian dua wanita sebanding dengan persaksian seorang laki-laki. Sedangkan makna “Kurang agama” dalam sabda Beliau adalah bahwa wanita itu ada masanya dalam beberapa hari dan beberapa malam tidak shalat dan tidak bisa mengerjakan amalan-amalan lainnya yang mensyaratkan dalam keadaan suci, yaitu ketika sedang haidh dan nifas. Kekurangan ini merupakan ketetapan Allah pada kaum wanita, sehingga wanita tidak berdosa dalam hal ini.

Tentu hendaknya wanita mengakui hal ini sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW, walaupun wanita itu berilmu dan bertakwa, karena Rasulullah tidak akan berbicara berdasarkan hawa nafsu, melainkan atas dasar wahyu yang Allah berikan kepadaNya, lalu Beliau sampaikan kepada ummatNya. Sebagaimana Allah SAW berfirman, “Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”.
(Q.S An-Najm:4)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar